17 Februari 2025
Indonesia Bakal Ketiban Keuntungan Besar Jika Proyek Berhasil tapi Produksi Drone Anka oleh PTDI Masih Tunggu Kontrak Efektif
ZONAJAKARTA.com - Rencana akuisisi drone Anka disebut membawa keuntungan besar bagi Indonesia.
Dengan mengakuisisi 12 drone Anka, Indonesia tidak hanya memperkuat pertahanan dengan drone tersebut.
Akusisi tersebut merupakan langkah signifikan dalam memodernisasi kemampuan militernya, meningkatkan keamanan maritim, dan mendukung kemandirian dalam manufaktur pertahanan.
Kesepakatan senilai $300 juta dengan Turkish Aerospace Industries (TAI) mencakup enam pesawat nirawak yang dibuat di Turki dan enam yang dirakit secara lokal oleh perusahaan kedirgantaraan Indonesia (PTDI).
Pengiriman diharapkan pada bulan November 2025, dengan integrasi di seluruh Angkatan Udara, Angkatan Darat, dan Angkatan Laut Indonesia untuk memperkuat perlindungan perairan teritorial dan zona ekonomi eksklusif tanah air
Sebelumnya, Kementerian Pertahanan RI dan TAI pada 3 Februari 2023 menekan kerja sama pembelian 12 unit Anka yang disertai dengan beberapa program pelatihan, alih teknologi, dan dukungan untuk integrated logistic support (ILS), ground support & test equipment (GS&TE), flight simulator, infrastruktur hanggar, dan masa garansi selama 24 bulan/600 jam terbang”, tulis Antara (18/23) dalam artikel “Kerja sama beli ANKA kesempatan bangun teknologi UAV dalam negeri”.
Melalui program-program itu menyampaikan bahwa pembuatan drone Anka akan melibatkan industri pertahanan Indonesia, yaitu PTDI.
“Untuk kontrak pembelian dengan Indonesia, enam unit dirakit di Turki, dan enam unit lainnya di PTDI. Jadi tentunya ada alih teknologi di sini”, kata Presiden & CEO TAI Prof. Temet Kotil (27/7/23).
Menurut kabar terakhir, PTDI sedang menunggu kontrak pembelian Anka agar pihaknya dapat merakit setengah lusin drone itu.
“PTDI masih menunggu kontrak kerja sama pengadaan drone Anka berlaku efektif”, tulis PTDI (8/1/25) di artikelnya berjudul “PTDI Masih Tunggu Kontrak Pembelian Drone Anka Turki Efektif”.
Karena keterlibatan PTDI dalam perakitan drone bisa dilakukan saat kontrak efektif.
“Kerja sama PTDI dan TAI Turki akan efektif apabila kontrak pengadaan drone Anka antara Baranahan (Badan Sarana Pertahanan) Kemhan dengan TAI Turki ini efektif”, kata Manajer Komunikasi Perusahaan & Hubungan Kelembagaan PTDI Adi Prastowo.
Adi menjelaskan bahwa hingga ini kontrak masih dalam proses pembiayaan.
Lebih lanjut, PTDI akan melaksanakan Final Assembly Line dan Flight Line 6 unit Anka yang tujuannya agar pabrikan dalam negeri ini mampu melakukan pemeliharaan, perbaikan, dan pengoperasian drone Turki tersebut.
“Kesepakatannya adalah transfer teknologi berupa training and pratical untuk engineer, pilot dan flight test engineer, serta data link PTDI dalam rangka membangun drone center agar menjadi industri drone yang mandiri, tidak lagi tergantung perusahaan asing lainnya”, ucap Adi menjelaskan.
Di sisi lain, Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Mohamad Tonny Harjono mengatakan drone Anka akan dikerahkan untuk mengawasi kawasan Natuna Utara yang berdekatan dengan kawasan Laut China Selatan LCS.
Drone Anka dikerahkan ke wilayah tersebut lantaran saat ini situasi di kawasan Laut China Selatan tengah memanas disebabkan oleh konflik perbatasan antarbeberapa negara ASEAN.
“Angkatan Udara dalam waktu dekat akan mendapatkan PTTA, pesawat terbang tanpa awak Anka buatan Turki. Kita akan tempatkan di Natuna, untuk mengawasi Laut Natuna Utara,” kata Tonny di Mabes AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin (30/12/2024).
Tonny melanjutkan, kehadiran drone buatan Turki itu akan menggantikan posisi drone CH4 buatan china yang saat ini masih dipakai menjaga kawasan yang berbatasan dengan LCS tersebut.
Meski digantikan, Tonny memastikan kualitas drone buatan Turki tidak akan jauh berbeda dengan drone yang telah digunakan TNI AU.
Bukan hanya menyediakan drone, TNI AU juga akan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang terlatih untuk mengawaki drone tersebut.
“Sekarang sudah ada, Skuadron Pendirikan 103 yang berada di Tasikmalaya. Nanti pesawat (drone) yang ada di Pontianak akan kita pindahkan ke Tasikmalaya menjadi pesawat latih,” katanya.
Akuisisi drone Anka oleh Indonesia juga dibahas media asing Indo-Pasific Defense Forum dalam artikelnya berjudul “Indonesia bolstering maritime defenses with long-endurance drones” edisi 13 Februari 2025.
Media tersebut mengatakan kendaraan udara tak berawak (UAV) dengan ketinggian sedang dan daya tahan lama akan sangat penting dalam mengatasi tantangan keamanan maritim.
“Wilayah maritim Indonesia yang luas, meliputi perairan seluas 3,25 juta kilometer persegi dan lebih dari 17.000 pulau, menghadirkan tantangan besar dalam hal pengawasan dan penjagaan,” kata Marcellus Hakeng Jayawibawa, seorang analis pertahanan di Lemhannas Strategic Center yang berpusat di Jakarta.
UAV akan “memberikan solusi strategis dengan meningkatkan deteksi ancaman dini dan memungkinkan patroli intensif, bahkan dalam kondisi yang buruk”.
Dengan radar dan pencitraan inframerah yang canggih, drone Anka dapat memantau penangkapan ikan ilegal, seperti di laut Natuna Utara dan Arafura, dan pembajakan di jalur perdagangan strategis seperti Selat Malaka, menurut Marcellus.
Selain meningkatkan kesadaran domain maritim, drone tersebut akan memperkuat kemampuan Jakarta untuk mengatasi sengketa teritorial dan tantangan keamanan Indo-Pasifik lainnya.
Kepala transfer teknologi dan kompensasi di Komite Kebijakan Industri Pertahanan Indoneisa, Dr. Yono Reksoprodjo, mengatakan kesepakatan dengan TAI melampaui pengadaan yang menggarisbawahi pentingnya transfer teknologi dalam mendukung industri pertahanan Indonesia.
“Setiap pembelian produk pertahanan dari luar negeri terikat oleh hukum untuk menyertakan kewajiban pengembalian perdagangan, konten lokal, dan kompensasi”
“Ini memastikan Indonesia dapat membangun kemandirian operasional dan akhirnya memproduksi produk serupa di dalam negeri,” katanya.
Kolaborasi ini sejalan dengan tujuan Indonesia untuk meningkatkan kemandirian dalam manufaktur pertahanan dan menyediakan landasan bagi produksi persenjataan canggih dalam negeri.
“Jika proyek ini berhasil, ini akan memberikan keuntungan besar bagi Indonesia,” kata Teuku Rezasyah, dosen hubungan internasional di Universitas Padjadjaran.
“Ini akan mempersiapkan para insinyur dan peneliti Indonesia untuk menguasai teknologi ini dan mendukung pengembangan kemampuan lokal.”
Kemitraan dengan Turki merupakan model untuk memanfaatkan kerja sama internasional guna membangun kapasitas dalam negeri.
“Akuisisi ini bukan sekadar pembelian peralatan, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem pertahanan yang berkelanjutan dan kompetitif,” kata Yono.
Keanggotaan Turki di NATO meningkatkan reputasi peralatan pertahanannya, kata Marcellus.
“Diversifikasi mitra pertahanan sangat penting bagi Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada satu negara,” katanya. “Kerja sama ini membuka peluang untuk kolaborasi lebih lanjut dalam pengembangan dan penelitian bersama.” (ZJ)
Source: https://www.zonajakarta.com/internasional/67314559636/indonesia-bakal-ketiban-keuntungan-besar-jika-proyek-berhasil-tapi-produksi-drone-anka-oleh-ptdi-masih-tunggu-kontrak-efektif?page=3