January 30th, 2025

KAAN Lebih Recommended untuk Indonesia Karena Bisa Lengkapi Lisensi Produksi Rafale untuk PTDI

ZONAJAKARTA.com - Indonesia memiliki kesempatan untuk membeli salah satu dari dua alternatif jet tempur generasi kelima kelas dunia yakni KAAN dan Su-75. Akan tetapi KAAN lebih recommended karena manfaatnya sangat berguna bagi PT Dirgantara Indonesia (PTDI). Sebab PTDI bisa menjadikan KAAN untuk melengkapi lisensi produksi Rafale dalam rangka perakitan pesawat di markasnya yakni Bandung, Jawa Barat. Sebagaimana diketahui, Indonesia sudah mengamankan kontrak pengadaan 42 unit Rafale sejak Februari 2022 lalu.

Namun proses akuisisnya dilakukan secara bertahap dimulai dari September 2022 untuk enam unit pertama, lalu Agustus 2023 untuk delapan belas unit berikutnya, dan sisanya yakni delapan belas unit terakhir baru diselesaikan tepat awal Januari 2024. Sehingga kini Indonesia hanya perlu menunggu waktu kedatangannya yakni pada tahun 2026 mendatang.

Dilansir ZONAJAKARTA.com dari laman Antaranews.com edisi Rabu, 8 Januari 2025 dalam artikelnya yang berjudul "KSAU dan Menhan bahas rencana kedatangan pesawat tempur Rafale", berbagai persiapan terus dilakukan oleh pemerintah maupun TNI AU untuk menyambut kehadiran jet tempur generasi 4,5 buatan Dassault Aviation itu ke tanah air. Nantinya ketika Rafale tiba di tanah air, pesawat itu akan langsung ditempatkan di dua kota berbeda yakni Pekanbaru dan Pontianak. Sebab dua kota tersebut merupakan jantung dari kedaulatan NKRI baik di darat, laut, maupun udara.

Penempatan Rafale di Pekanbaru dan Pontianak dimaksudkan sebagai bentuk pengawasan terhadap dua kawasan perairan strategis. Di mana terdapat Selat Malaka yang menghubungkan antara Indonesia dan Malaysia. Serta Laut Natuna Utara di mana NKRI memiliki hak atas Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yang keberadaannya dilindungi oleh hukum internasional. Ketika Indonesia memutuskan untuk membeli Rafale, negeri ini rupanya tak hanya menginginkan sebagai operator pesawat semata.

PTDI juga berharap adanya offset (timbal balik) dari benefit transfer teknologi yang diberikan oleh Dassault Aviation. Salah satunya adalah pendirian fasilitas maintenance, repair, and overhaul (MRO) yang sangat berguna bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri dirgantara tanah air. Dan ini adalah bagian dari usulan engineering work package (EWP) yang diajukan oleh PTDI sejak pertengahan 2024 lalu.

"Di luar offset yang menjadi standar Kemhan RI, kami usulkan satu proposal yang bernama engineering work package atau EWP," kata Direktur Utama PTDI Gita Amperiawan kepada Antaranews.com melalui artikel berjudul "PT DI usul engineering work package dalam offset pengadaan Rafale" yang dimuat pada 1 Juli 2024.

Tapi itu saja rupanya dianggap belum cukup. Ada pula keinginan bagi Indonesia untuk bisa memperoleh lisensi produksi Rafale sebagai syarat untuk merakitnya secara mandiri di Bandung, sekaligus menjadi batu loncatan sebelum benar-benar bisa memproduksi jet tempur kelas dunia secara mandiri. Meski sudah mengantongi 42 unit Rafale, Indonesia rupanya masih membutuhkan keberadaan jet tempur generasi kelima sebagai penyempurna kekuatan TNI AU.

Awalnya pemerintah sempat hendak mengincar F-35 sebagai pilihan utama, namun upaya yang hampir mendekati finalisasi kontrak pun dibatalkan lantaran adanya kritik dari sejumlah pakar militer. Keberadaan dua fitur siluman yang dianggap menjanjikan yakni Autonomic Logistics Information System (ALIS) dan Operational Data Integrated Network (ODIN) justru memicu efek samping yang berbahaya bagi kedaulatan NKRI.

Fitur yang memungkinkan untuk saling berbagi data antar pengguna justru berpotensi membuat negara ini sangat bergantung kepada Amerika Serikat lantaran informasi yang saling terhubung. Sebagai gantinya, Su-75 pun disebut-sebut menjadi salah satu alternatif yang pas.

Melansir artikel berjudul "Su-75 vs. F-35: Can Russia’s ‘Budget Stealth Fighter’ Compete?" yang dimuat oleh laman 19fortyfive.com pada Selasa, 14 Januari 2025, harga per unit dari pesawat buatan Rusia ini dipatok dengan sangat murah meriah yakni hanya berkisar 30 juta dolar AS. Namun membelinya berpotensi menyebabkan negeri ini berpotensi terkena sanksi CAATSA dari Amerika Serikat, yang juga menjadi penyebab tertangguhkannya kontrak pengadaan sebelas unit Su-35 senilai 1,14 miliar dolar AS meski sudah disepakati sejak 2018.

Jika mengacu pada fakta tadi, KAAN menjadi opsi yang sangat realistis apabila Indonesia membutuhkan jet tempur generasi kelima. Membeli pesawat rakitan Turkish Aerospace Industries (TAI) tersebut tidak hanya menghindarkan NKRI dari sanksi CAATSA. Tetapi juga memberikan peluang bagi PTDI untuk memperoleh lisensi produksinya dari TAI sehingga pesawat ini bisa dirakit di dalam negeri. Sekalipun secara harga masih terlihat sangat mahal yakni berkisar 100 juta dolar AS per unit.

Akun X Turkish Century pernah memuat postingan yang menunjukkan bahwa TAI memiliki niat membuka kantor cabangnya di Bandung, Jawa Barat yang merupakan markas dari PTDI. Sehingga ini membuka peluang kerja sama antara Indonesia dan Turki untuk berkolaborasi memproduksi KAAN sebagaimana yang dilakukan oleh pabrikan dengan mitra lainnya, Pakistan.

"Kemitraan program pesawat tempur siluman KAAN kemungkinan akan dilaksanakan (di Indonesia)," tulis akun X @TurkishCentury pada 26 Agustus 2024. Dan apabila terealisasi, KAAN bisa melengkapi lisensi produksi Rafale yang sekaligus meningkatkan positioning PTDI sebagai raksasa dirgantara di Asia Tenggara.

    Source: https://www.zonajakarta.com/nasional/67314445113/kaan-lebih-recommended-untuk-indonesia-karena-bisa-lengkapi-lisensi-produksi-rafale-untuk-ptdi?page=3

    October 21st, 2025
    KT-1B Woong Bee Aircraft to Be Developed in Bandung

    October 10th, 2025
    Jakarta Skies Become the Stage for PTDI Aircraft at TNI Anniversary Celebration

    October 10th, 2025
    The Rise of the Defense Industry: PTDI Showcases Aircraft at the 80th Anniversary of the Indonesian Armed Forces (TNI)

    October 10th, 2025
    Distanhorti West Java and PTDI Plant Sorghum in Cirebon

    October 10th, 2025
    PTDI and Distanhorti West Java Hold Joint Sorghum Planting in Cirebon

    October 10th, 2025
    Fakta Menarik: Alutsista PTDI Unjuk Gigi di HUT ke-80 TNI, Perkuat Tiga Matra!

    Search News